Friday, April 3, 2020

SJ217 Dasar - Dasar Antropologi.

Yusni Tria Yunda [✔📝📚].

Penulis berpikir bahwa individu anthropus ["anthropos"/manusia], yang merupakan yuniti terkecil dalam melihat ["see"] kumpulannya ["all"], dalam suatu lingkungan yang sangat melihat kumpulan sekitarnya ["so see all"], adalah titik tumpu utama, dari bahasan - bahasan internal mengenai bedahan "count"_`ain manusia/"anthropos".

"Un_thropy from his/her post/posts" = "anthropos", ialah sangat dekat manusia yang sesungguhnya [The True Human], mengabdi kepada Tujuan yang seharusnya, sebagaimana manusia diciptakan, ya itu untuk beribadah kepada Penciptanya, penulis meyakiniNya: Allooh yang menciptakan penulis dan segalanya.

Dalam pengabdian tersebut memerlukan ketulusan, yang mana ketulusan tersebut didapatkan sebagai hasil pembelajarannya, berkenaan dengan apa - apa yang diyakini oléh manusia [The Believe of The Human], beserta perangkat pengetauan dan pemahaman mengenai Tata Cara Perbuatan untuk pencapaian tujuan beribadah tersebut.

Secara normal, manusia bukan dapat memahaminya dalam keindividualannya, perlu interaksi - interaksi guna mendapatkan - membandingkan apa - apa yang menjadi Asét Pengetauannya. Maka, "anthropos" yang mempunyai poténsi "believing to" Alloh ini memerlukan interaksi sosial dengan sesama manusia lainnya dalam sinyal - sinyal khofiy [psikis] dan jahar [inderawi], ékspansi demikian menjadi ranah Sosiologi.

Adapun pendalaman "anthropos", dari aspék psikis [kejiwaan]_nya tersebut, mempunyai beberapa kecakapan ["talent(+s)"], di antaranya adalah Emotional Question_abilifies, dan Intelectual_ablilifies.

Membaca tulisan ini, misalnya: termasuk ke dalam Intelectual_abilifies [kemampuan - kemampuan mengetaui dari sumber yang menyatakan ("in tell") satu/suatu perihal/perkara yang kadar kebenarannya dapat dicari dalam pengalaman diri Para Pembaca ("act to all"), sehingga: apabila benar perkataan maknawi ini, dalam tolok ukur pembaca, maka benarlah pembaca tersebut pernah mengalaminya, ataupun, minimal: pernah memikirkannya.].

Itu adalah ranah pengetauan individu "anthropos", yang punya kemampuan mengingat ("memory"), biasanya di dekat letak sepasang mata, kepala, yaitu organ otak.

Ketika kebenaran tersebut dirasakan terdetéksi hal yang lebih benarnya, ada kaidah - kaidah hukum/aturan - aturan yang telah_lagi, ataupun yang pernah diingatnya pula dalam mémori, maka: memasuki ranah pemahaman, yang diantar oléh pengetauan berkendaraan ingatan tadi.

Pemahaman yang berada di ambang batas psikis di antara ingatan dan bathin (kecenderungan - kecenderungan perasaan - perasaan hati), memasuki aréa ingatan_diri ('nafsiy'/"self").

Pada lanjutannya, apabila beberapa "clue(+s)" di antara berbagai sinapsis syaraf - syaraf ingatan_diri di tengah kedua alis yang melindungi organ - organ penglihatan dari jatuhnya benda - benda asing dari atas dahi ♡[yang dianggap lebih superior] telah mendapat "simultant I'm_pull(+s)" [hasrat Sang Aku ("Ego") mendorong kemajuanku secara simultan], terjadi konfirmasi kepada ingatan sekali lagi [bolak - balik 1 rit, ke ubun - ubun kepala (qolaab)], mengenai apakah telah benar fakta - fakta diri menemukan kebenaran atas rangsangan - rangsangan yang diterima sénsorik syaraf - syaraf organ?.

Apabila telah benar konfirmasinya, mengalir arah DATA Intellectual_abilifies ini ke arah 'lebih dalam': jiwa.

Dalam jiwa_lah prosés pengolahan selanjutnya, yang bisa disebut: Emotional_abilifies Capacity Proccessing. Titik tengah ulu_hati, di tengah - tengah kedua belahan tulang dada vértikal, sérong sekitar 20 - 25 derajat ke kanan atas jantung adalah penumpu pembukaan Kepala_Hati sebelum DATA menyentuh "heart".

Dengan demikian, keduanya [IQ, dan EQ], yang secara khusus nantinya lebih diperdalam dalam keahlian - keahlian keilmuan khusus dari yang khusus, seperti: Tasawuf dan Psikotérapi, yang merupakan bagian pendalaman yang lebih khusus dari Psikologi Umum, semuanya berawal dari Kontéks Antropologi, yang ber_"count"_`ain [berhitungan penglihatan seperti uraian - uraian tadi].

IQ sebagai bentuk produk "Count_save" [hitungan pertimbangan menyimpan jenis DATA] Cipta [pemikiran/yang dipikirkan], adalah berbéda dengan EQ - meskipun bukan artinya tiada beririsan sama sekali dengan Rasa ["sense"] - dan dengan Karsa ["desire"/ghoiyr_ruwh (di luar kemurnian diri yang suci)].

EQ yang membentuki "Equality Minds Of Think Implisite Own Nearby" [EMOTION], meski cenderung subjéktif, namun neracanya yang dihisab bersama dengan IQ, akan menjadi keseimbangan, yang membuktikan letak sempurnanya manusia ["Anthropos" secara kejiwaan, ataupun "Homo Sapiens" secara biologika].

Maka, simpulan bahasan tulisan ini: pembatasan pertama bagi Antropologi, adalah keilmuan mengenai 'Sisi Dalam' Individu Manusia, bukan aspék fisiologinya [bukan aspék biologika].

Simpulan Ke-2: Antropologi bersubjék dan objék pada diri individu manusia, bukan pada social_center_nya.

Simpulan Ke-3: aspék - aspék karya - karya yang dihasilkan oléh Individu "Anthropus" yang ber_Cipta, dan ber_Rasa, adalah bukan terlepas dari "internal factory"/fakta - fakta aslinya yang diketaui dan pernah dialami, yang digunakannya guna membuat 'adaama - adaama' baru_lainya.

Simpulan Ke-4: prosés "anthropos" menjadi "human", ketika dituliskan, dan dapat diterima informasinya oléh Pihak - Pihak Lain yang sezamannya, serta kelak yang berbéda zaman [selanjutnya, dan kadang dimungkinkan: bagi yang sebelumnya], menjadi salasatu dasar Pendidikan Sejarah. 

Tapi, bagi Keilmuan Sejarah, informasi kepada genarasi sebelumnya, hanya dapat diposkannya/diberitakannya setelah ditransformasikan melalui tahapan Sejarah sebagai Hukum.

No comments:

Post a Comment