Friday, April 3, 2020

KD300 Landasan Pendidikan.

Yusni Tria Yunda [✔đź“ťđź“š].

Multi [jamak] hanya bisa distatuskan setelah adanya yang ke-2, kalau baru ada 1 hal, belum dapat diperbandingkan dengan apapun. 

Dalam SJ412 》Multikulturalismeu dalam Pembelajaran, adalah suatu akibat, dan penulis berpikir: inilah yang menjadi sebab di SJ300 ini》Landasan Pendidikan.

Dasar Keguruan secara global, dimulai pada salasatu ayat dalam Suroot al Baqoroh, sebagai satu transfer ilmu semodél didaktik dari Alloh kepada Aadama [terutama al Baqoroh ayat 33], yang telah diberi 'silabus' serta penamaan hal - hal di dalamnya, guna dimajukan kelak di hadapan Makhluk Yang Ta Pernah Salah: Para Malaykaat.
Belum diketaui pengembangan [bid`ah - bid`ah] yang dapat dilakukan oléh Aadama saat ability to speaking Tokoh Aadama ditampilkan di hadapan Para Makhluk Sénior sebelum Aadama diciptakan oléh Allooh.

Dalam hal kisah tersebut, makna bagi Aliran Ilmu Keguruan》 bahwa: Tujuan dari Tiap - Tiap Pembelajaran terhadap Peserta Didik, adalah supaya Peserta Didik mempunyai kemampuan tertentu sesuai dengan Perencanaan SkĂ©nario [jadwal aktivitas] yang dipersiapkan olĂ©h Sang Guru, agar kelak saat dilakukan pengujian di tengah - tengah Pihak Lain: Sang Peserta Didik dapat membuktikan benarnya Pendidikan yang diterimanya dari Sang Guru.

Métodeu sejarah yang digunakan guna menelisik Sejarah Pendidikan [SJ307] yang berhakékat ÉDUKATIF, ILMIAH, dan RÉLIGIUS, khas UPI, juga sangat baiknya bertolak dari kisah Kitab Suci al Qur`aan ini, sebagai proto_type tertua dari fragmén* terutuh sejarah Ummat Manusia.

Kapan Pertamakalinya Manusia Melakukan PROSÉS BELAJAR MENGAJAR [PBM]?.

Filosofi tanyaan: 'sejak kapan manusia mengenal tulisan?', sedangkan jauh masa sebelum baca - tulis diajarkan secara massal telah pernah terjadi Kegiatan Mengajar [Allooh] Bagi yang Belajar [Aadam], sehingga pada masa belum adanya Hawaa ini bisa distatuskan sebagai Kegiatan Belajar, sebagai bagian dari Prosés Belajar oléh yang Belajar berdasarkan pemberian dari Yang Mengajarkan [repeating the dictum].

Tentu pola ini berbéda pada masa selanjutnya?: ya, yangmana pada tahap lévél sesama manusia, bisa saling memberi pengajaran antara Satu Pihak Individu, dengan Pihak Individu Lainnya, sesama ciptaan Alloh.


Maka?: pola selanjutnya, dalam Landasan Pendidikan, dari sisi hubungan antara yang dididik dan yang mendidik, adalah: Prosés Belajar Mengajar, berlangsung di antara Aadama yang mempunyai 3 (tiga) status sebagai "human", bagi Hawaa, ya itu;

1. Adaama sebagai 'induk'/'Bapa/Ayah' bagi Hawaa, yangmana secara bahan: dari prototype diri Adaam_lah Hawaa diciptakan oléh Allooh.

2. Adaama sebagai 'Kaka' bagi Hawaa, ataupun sebagai sénior bagi Hawaa, sehubungan secara kronologis: Prosés Belajarnya Adaam oléh Allooh, telah terlebih terdahulu dialami daripada Kegiatan Belajarnya Hawaa kepada Adaam, dan Kegiatan Belajar - Mengajar_nya Adaam dan dari kepada Hawaa.

3. Aadama sebagai Tutor Penanggungjawab kepada Allooh, yang apabila Hawaa melakukan pelanggaran atas yang dilarang [nahyi] oléh Allooh, maka?: Aadam harus turut menanggung résikonya.

SEJARAH KURIKULUM PERTAMA.

Dalam hal ini, acuan Hak Tanggungan ditetapkannya seakan - akan setelah terjadinya peristiwa [Aadama turut menanggung apa - apa yang salah apabila dilakukan oléh Hawaa], namun?: sebab Allooh telah memberikan peringatan sebelumnya: jangan mendekati 'hadzal syajarootun', berarti Alloh telah memberikan semacam acuan Kurikulum bagi keduanya [guru - murid, yang lagi dibimbing oléh Guru Keduanya].

Dengan 3 (tiga) Peranan Aadama terhadap Hawaa, maka hubungan Guru - Murid yang melakukan prakték kurikulum dari Gurunya Guru ini telah dibangkitkan sejarahnya, melalui pemberitaan al_Qur`aan, sebagai satu LANDASAN PENDIDIKAN pertama di dalam kesejarahan Ummat Manusia, yang akan bermuara pada Ujian Sidang, saat keduanya terbukti melakukan pelanggaran terhadap kara yang telah dijadikan sebagai instrumén pengujian oléh Alloh bagi meréka.


Kesimpulan

Landasan Pendidikan bagi manusia, secara sejarah, dulunya adalah mono_"qul"_to_role [hanya satu Peserta Didik [Aadama] yang diinstruksikan menyebutkan ('qul') hal - hal, dalam menetapkan peranan ["role"] dirinya, sesuai Skénario Pembelajaran dari Allooh kepada manusia saat masih sendirian kesesamaan manusianya].

Perkembangan selanjutnya, setelah Aadam diamanahi Kawan Belajar baginya, olĂ©h Allooh, maka dimulailah multi_"qul"_to_role 》yangmana nasab ajaran Allooh kepada Aadama dapat disalurkan olĂ©h Aadama kepada Murid Pertamanya sekaligus Kawan Belajarnya, ya itu: Hawaa. Interaksi di antara keduanya, mempunyai arti telah ada lebih dari 1 (satu) pihak yang sama - sama menjadi Peserta Didik dari ajaran Allooh, namun juga di Pihak Adaama: diapun berperan pula sebagai Penanggungjawab atas tindakan - tindakan Hawaa. Peranan - peranan Aadama terhadap Allooh, juga terhadap Hawaa, dan juga peranan - peranan Hawaa terhadap Aadama, juga terhadap Alloh, dengan demikian membentuk multi_role(+s), yang berarti: Multikultural dalam Makna Terdapatnya Interaksi di antara 3 Pihak, telah berlangsung sejak masa silam itu.
________

*Sehubungan penulis beragama Islam, dan aksés penulis ke Sumber Sejarah Primér ini lebih terjangkau [access_able] oléh penulis**, dibandingkan dengan aksés terhadap sumber - sumber lainnya saat ini.

**Misal: https://quran.com/2/33
.

No comments:

Post a Comment